SEKILAS SEJARAH
PPM DARUTTAUHID AL-HASANIYYAH
Panas, tapi indah. Inilah kesan
pertama yang mungkin dirasakan oleh siapapun yang baru pertama kali
menginjakkan kaki di Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Hasaniyyah, apalagi ketika
dating pada musim kemarau, pesantren yang dirintis dari Imam Ahli Hadits Ulama’
Sunni yaitu Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Mekkah.
Ketika membangun Pesantren
Daruttauhid Al-Hasaniyyah, Mbah Nashir (Panggilan akrab KH. Nashiruddin
Qodir) sebelumnya memberikan nama pesantren ini dengan nama “Daruttauhid
Al-Alawi”. Nama Pondok ini beliau ambil
ketika sepulang Beliau dari belajar di Tanah Suci Mekkah, tepatnya di Ma’had Daruttauhid asuhan Prof. Dr.
Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Mekkah.
Pada tahun 1987, Para warga sekitar
desa sendang meminta kepada Syaikhina KH. Nashiruddin Qodir untuk mengajar
ngaji, lalu beliau menyanggupi dan pada hari Ahad pahing, tanggal 06 Rojab 1498
H / 24 April 1988 M dibangunlah sebuah bangunan diatas tanah yang berukuran 17
x 19 m yang digunakan untuk pengajian kitab. Tetapi kegiatan pengajian tersebut
belum lama berjalan, datanglah beberapa Santri dari luar daerah untuk belajar
kepada Beliau sekaligus meminta bermukim.
Sebelumnya Syaikhina tidak berkenan
menampung para santri, karena telah ada pondok disekitarnya yang diasuh oleh
Romo Kyai H. Ahmad Shiddiq, akan tetapi lama kelamaan santri yang dating dari
luar daerah semakin banyak, maka dengan keikhlasan hati, Beliau menerima Para
santri untuk mondok kepada Beliau. Maka dengan persetujuan dan dorongan dari
masyarakat sekitar, pada tahun 1988 M berrdirilah pondok dengan nama “ Pondok
Pesantren Putra Putrid an Majlis Ta’lim (PPM) Daruttauhid Al-Alawi” dengan
memfungsikan bangunan lantai 2 tepatnya diatas Majlis ta’lim sebagai tempat
bermukim para santri luar, sehingga dari tahun ke tahun berdirilah beberap
bangunan disekitarnya.
Pada akhir tahun 2001 atau tepatnya
pada hari kamis tanggal 05 sawwal 1422 H / 20 desember 2001 M, Syaikhina mendapatkan
risalah dari Guru Beliau di Makkah Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alawi yang
isinya sebuah perintah untuk merubah nama Pondok tersebut dengan nama yang
telah diistikhorohi dengan nama “ Pondok
Pesantren Putra Putrid an Majlis Ta’lim (PPM) Daruttauhid Al-Hasaniyyah”.
Sebagai Pesantren pengembangan, PPM
daruttauhid Al-Hasaniyyah menerapkan kurikulum yang boleh dikatakan memiliki
perbedaan dengan kurikulum umumnya pesantren Indonesia. Jika fiqih dan tasawwuf
disana menempati posisi mayoritas, maka di pesantren ini Fiqih , Tafsir, dan
Hadits yang mendominasi.
Selain pendidikan Diniyyah dan
Muhadloroh, Syaikhina mempunyai pengajian wiridan khhus setelah maktubah yaitu
setelah Sholat Shubuh dengan Kitab Ihya’ Ulumiddin, Setelah Dhuhur dengan Ilmu Ushul
Fiqih, Setelah asahr dengan Kitab Nahwu, setelah magrib dengan ilmu Fiqih dan
setelah isya’ diisi dengan Tafsir atau
Hadits.
Dari aspek ruhani santri atu sering
disebut dengan istilah Thoriqoh, pesantren ini merumuskan wajib membaca
sholawat kepada Nabi Muhammad (Thoriqoh Sholawat Nabi), wirid dan tentu saja
membaca Al-Qur’an.
Dari tahun ke tahun Pondok ini mulai
mengembangkan sayapnya, sehingga Berdirilah Lembaga pendidikan Formal dibawah
naungan Pondok pesantren ini, diantaranya :
a.
TKIT (Taman kanak-kanak Islam terpadu)
b.
SDIT (Sekolah dasar Islam Terpadu)
c.
MTs Al-Hasaniyyah
d.
MA Al-Hasaniyyah
e.
STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam)
Inilah
sekilas tentang Profil Pondok Pesantren Putra-Putri (PPM) Daruttauhid
Al-Hasaniyyah Desa Sendang Kec. Senori Kab. Tuban.
al-hadulillah ppm semakin berkembang baik sebagaimana yang diharapkan, dan disampaikan romo yai 12 th lepas semasa saya nyantri, sekali lagi al-hamdulillah...semoga trs berjaya
BalasHapusAlhamdulillah... asskum,. Klo mW msuk web nya da ta.. tuk dta2 mahasiswa stai ppm gmn?.. mhon bntuane
BalasHapusMohon maaf, kami mau tanya, nama Kepala MTs. Al-Hasainyah sinten?
BalasHapus